Kemana Rasa Solidaritas Itu

Pagi ini, sabtu di minggu ke3 di januari th 2010 ini. Pikiran saya tiba tiba menerawang ke masa lalu. Masa dimana sebuah rasa solidaritas begitu menggebu pada dada mereka. Ya demi sebuah tuntutan seorang pekerja kala itu. Dengan dalih solidaritas kamipun bergandengan, saling berpegangan melawan panas demi sebuah tujuan.

Namun kini rasa solidaritas itu mulai pudar. Lagi lagi semua ini mampu meyakinkan saya tentang suatu hal. Uang itu sangat kejam jendral. Karena sebuah rasa ego akirnya rasa solidaritas itu kini dijadikannya sebagai bomerang.

Mungkin saya yang bodoh, tidak mengerti apa sesungguhnya solidaritas sesungguhnya. Ataukah solidaritas yang ada selama ini hanya ada jika ingin membutuhkannya saja ? mungkin. Telah terbukti saat ini, meski kata maaf karena satu ciri manusia akan lupa tetap saja kata itu di tolaknya.

Dan kini disaat rasa solidaritas itu dituntut dan demi sebuah ucapan selamat dan tetap merujuk ke sebuah aturan, solidiratas itu sirna. Satu demi satu menyusun kekuatan membentuk rasa solidaritas yang baru. Satu alasan karena tidak mau dikurangi yang akan ia terimanya.

Tahukan sampean, sebenarnya yang akan mereka terima itupun ada karena sebuah rasa solidaritas. Saya tidak tau jika seandainya solidaritas itu tidak ada, berapa yang kita terima. Yah, meskipun mereka bilang itu kan sudah hak kami, itukan sudah tanggung jawab kalian untuk membantu kami, buat apa kami bayar iuran setiap bulannya.

Sedih saya mendengarnya, disaat ingin merasakan happy ending dari sebuah cerita kehidupan. Namun sebaliknya yang telah terjadi. Sakit rasanya jika mendengar ocehan sana sini sini, ocehan yang selalu berlandaskan ego. Ahhh tetap semangat teman, saya rindu kita bisa bergandengan dan berteriak lantang solidarity forever for the union make us strong.


Comments

19 responses to “Kemana Rasa Solidaritas Itu”

  1. met pagi, ngopi dulu mas jok ๐Ÿ™‚
    ngomongin solidaritas utk masa2 sekarang ini sangat sulit yah, pa lagi di negara kt yg spt ini.skr uang yg berkuasa bahkan uang juga bisa membeli kesetiakawanan, temen bisa jadi musuh semua gr2 uang.

    1. betul jeng uang ternyata jahat

  2. Saya koq jika lihat pilem2 di tp soal serikat trus bandingkan dg yg ada di sini jadi mikir, apakah serikat pekerjan yg ada di sini itu dah benar2 serikat.
    Di sini, keknya klo sudah bayar iuran dah resmi bisa dapat hak2 sbg anggota. wong klo kita ikut asuransi saja masih ada “ketentuan berlaku”.
    Di sisi management sp, sering terpaku dg aturan hukum. wong anggodo saja dibela habis2an sama pengacaranya koq. klo memang perlu mogok ya mogok saja. bullsh* dg. harmonisasi perusahaan – pekerja. klo memang perusahaan ingin ada harmonisasi perusahaan tak perlu mangacu ke peraturan2 minimum trus memberikan yg minimum2 itu kpd pekerja. pakerja hanya jongos yg tidak ada artinya, pergi satu datang seribu. mengapa? calon pekerja tidak masuk dalam serikat sehingga tak tersentuh oleh “solidaritas”.

    Menurut saya, konsep sp ada baiknya meniru perusahaan outsourcing. menejemen benar2 memenej anggotanya. jadi ada keterikatan yg kuat. yg nego dg perushahaan pun bukan calon pekerja (anggota) melainkan menejemen.

    G’mana?

    (sori klo panjang)

    1. Di sini, keknya klo sudah bayar iuran dah resmi bisa dapat hak2 sbg anggota.

      betul, tapi tetap harus mengikuti aturan yg ada kan, ada hak dan jg kewajiban. kewajiban tak cuma bayar.
      adanya pkb saya bisa merasakan kekuatan sp dlm perusahaan. soal contoh aturan di outsorcing, hemm serikat kan jg karyawan, dan tau sendiri serikat sama management itu musuh [paling tdk spt itu]

  3. Sabar, tawakal. Masa sulit adalah ujian untuk semua yang terlibat. Pada titik tertentu perbedaan pendapat bisa menjadi konflik tajam. Menjaga kewarasan kolektif itu berat.
    Sebuah catatan lama, sekadar berbagi: http://blogombal.org/2007/11/13/kabar-saya-dan-sebuah-cerita-basi/

    1. masalahe yg terjadi bukanya antara bos sama anak bos man, tapi sesama anak bos itu sendiri.
      ah saya copas tulisan paman disini untuk menghibur diri. “Selebihnya adalah hari-hari saya yang jalani seperti biasanya. Dengan ngeblog. Dan cengengesan. Seolah sebagian besar urusan beres, dan sisa tipisnya adalah masalah ringan.

  4. masih saya mondar-mandir di blog ini mas joko ๐Ÿ˜€

  5. sangat terasa sekarang kehidupan makin individualistis, rasa kebersamaan,persatuan dan kesatuan semakin pudar..
    siapa yang bs kita salahkan? tidak ada..
    tapi sistemlah yang membuat kita begini
    .-= wahyu´s last blog ..Kecepatan Internet Indonesia dan Dunia =-.

  6. Orang bersolidaritas sekarang kalo ada udang dibalik bakwan. Susah emang kalo mengharapkan pamrih. Salam ikhlas.

  7. setiap orang mungkin tidak punya alasan dan tujuan yang sama untuk nimbrung solidaritas itu.. dulu di tempat nguli saya, maaf-maaf, serikat itu malah jadi tempat berkumpulnya mereka yang memang bandel.. akhirnya yang punya niat baik jadi ikut susah..

  8. saia juga rindu, blog yang awalnya sebagai rasa solidaritas, sekarang beralih fungsi menjadi salah satu dari penambahan nafkah
    .-= gajah_pesing´s last blog ..POWER TO WEBSITES =-.

  9. waduh..jadi kesindir nih…tapi gpp, bisa buat koreksi…thanks atas nasehatnya…

  10. solidaritas, menjadi hal yang asing untuk saat ini
    siapa yang deket dia yang dapat. sekarang yang ada, hanyalah asas manfaat
    .-= zulhaq´s last blog ..Sinting Masuk Kelas (SMK) =-.

  11. menjadi satu dalam genggaman kedamaian,saling menghargai dan mengoreksi untuk melangkah ketempat yang lebih berarti…

    semangat kawan…

  12. tetap semangat seperti para pejuan musik rock jaman eyang dulu….

  13. dijaman sekarang menjadi manusia yang hidup tanpa merugikan oranglain sangatlah sulit…….
    menjaga solidaritas pun hanya sebatas materi,benar2 jaman edan…..

  14. semoga rasa solidaritas itu kembali hadir di depan kita..
    entah tahun depan atau tahun depannya lagi
    semoga harapan itu masih ada

  15. Saya koq jika lihat pilem2 di tp soal serikat trus bandingkan dg yg ada di sini jadi mikir, apakah serikat pekerjan yg ada di sini itu dah benar2 serikat.