Orang yang berjiwa lemah selalu menilai dirinya dengan nilai yang tak sesuai dengan harga dirinya.
Ada yang mengaku hebat padahal tak secuil pun tanda-tanda kehebatan tampak pada dirinya. Sebagian ada yang mengaku dirinya ahli pikir ulung atau sarjana jempolan masa kini, tapi ternyata mereka baru mempelajari teori-teori dasar ilmu pengetahuan dan itupun belum tentu bisa dipertanggungjawabkan. Mereka baru saja membaca sedikit tentang sastra dan antropologi budaya, sudah berlagak bagai ahli satra. Ditulisnya artikel dikolom media cetak, dibahaslah persoalan-persoalan ekonomi, hukum dan sosial, padahal semua itu hanya tipu daya dan kemunafikan semata.
Ada yang mengaku manusia padahal tumpukan kejahilan di dengkulnya bagai gumpalan awan tebal yang hitam pekat menutupi langit, sementara dari jiwanya yang muncul cuma sifat-sifat kebinatangan. Ini terjadi akibat tipu daya dan hausnya hawa nafsu kepada kebatilan. Itulah akhlak moral yang bejat yang akan meruntuhkan nilai-nilai keutamaan dalam jiwa dan akan mengikis habis butir-butir kemuliaan sebagai mahluk yang beradab dan manusia yang beriman kepada Allah SWT.
“…Maka ambillah (kejadian itu) ini untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai pandangan”. (QS.Al-Hasyr:2).
disarikan dari tulisan KH. Jamaluddin Kafie di kolom Hikmah-Republika.